Ada yang bilang, sukses memancing ditentukan oleh banyak faktor. Di antaranya, faktor umpan dan skill individu. Di luar dua faktor itu, tentu saja ada faktor lain terkait venue: Laut, danau, sungai, atau empang/kolam. Setelah itu, lebih rinci lagi, terkait umpan siang, umpan malam, lalu umpan hujan dan umpan cuaca cerah, dan tentu saja faktor yang tidak kalah penting: Kebiasaan.
Saya tertarik bicara soal umpan galatama patin, karena akhir-akhir ini, aktivitas memancing saya memang didominasi memancing di empang galatama patin. Persisnya di kolam pemancingan galatama patin “21” atau akrab disebut empang “darno”. Selama ini, saya memancing hanya berbekal joran dan steger. Itu saja. Urusan umpan saya serahkan sepenuhnya kepada caddy.
Sesungguhnya, semua pemancing tentu dalam hatinya berkeinginan bisa all-round. Tidak hanya bisa memancing, tetapi akan sangat ideal kalau dia juga bisa meramu umpan, sekaligus memasangnya di kail, dan melemparkannya pada titik yang dikehendaki. Menurut saya, pemancing pada taraf ini, bisa dibilang profesional.
Suatu hari, saya lupa tanggalnya, tetapi yang pasti lebih dari setengah tahun yang lalu, saya mendapat pengalaman penting. Siang hari saya mengendarai sepeda motor ke arah pemancingan Bari. Saya tidak tahu persis nama daerahnya, apakah masih wilayah Tapos atau Cibinong. Sesampai di sana, suasana empang sepi. Saya masuk dan memarkir sepeda motor kemudian menghampiri warung yang ada di pojok kolam.
Seperti biasa, saya bertanya ini-itu, sampai kemudian datang menghampiri lelaki paruh baya berkaus oblong dan bercelana pendek. Dia melayani saya dengan sangat baik, bahkan memaksa saya menjajal empang itu. Saya pun mengambil joran. Lelaki tadi kemudian membawakan satu baskom berisi umpan jadi dan pelet bom. Dia mamasangkan pada mata kail dan meminta saya melemparkannya. Tidak lama kemudian, strike!
Dia memasang umpan lagi, dan lagi…. Nah, di sela-sela memancing sendiri, menjajal kolam di siang hari, lelaki tadi memberi tips-tips memancing, tips-tips meramu umpan, bahkan tips-tips memasangkan umpan pada mata kail. “Lebih enak kan, kalau bisa membuat umpan sendiri dan memasang sendiri. Harus belajar… lama-lama juga bisa,” ujar lelaki tadi, yang kemudian saya ketahui bernama Bari, pemilik empang Bari yang terkenal itu. Setelah itu, memang saya beberapa kali memancing di Bari.
Nah, kembali ke soal umpan. Sampai sekarang, setidaknya hingga saya mem-posting tulisan ini, saya masih percaya, bahwa faktor umpan sangat penting. Karena itu, dalam satu masa, saya pernah juga googling di internet seputar umpan untuk galatama patin. Banyak sekali tips ramuan umpan di sana. Kemudian saya pun berbelanja aneka esen dan keperluan pembuatan umpan patin berbahan sagu.
Bikinan pertama, langsung saya bikin dua ramuan. Sesampai di tempat memancing, saya perlihatkan kepada beberapa caddy. Komentar mereka, “Wah, ini mah… tinggal dikasih sedotan saja…,” kata seorang caddy sambil tertawa. Apa boleh buat, kesimpulannya, kebanyakan air, sehingga terlalu encer. Kesempatan lain saya bikin lagi, dan saya bawa ke pemancingan. Dari dua jenis umpan, satu yang terbilang komposisinya pas, sedang satunya terlalu keras.
Dari yang pas itu pun, relatif tidak terlalu sukses. Akhirnya kembali ke umpan milik caddy. Di luar umpan, ternyata para caddy juga mencampurkan esen pada pelet bom. Ada yang mengaduk pelet bom dengan esen daging, esen garlik, dan lain-lain. Singkat kata, urusan umpan memang bukan urusan sederhana. Dan saya pun menyerah. Kemarin dulu, semua sisa esen itu saya bawa ke empang dan saya kasihkan ke salah seorang caddy.
Beradu umpan adalah sisi lain dari beradu skill memancing di kolam galatama. Di luar faktor cuaca, faktor hoki, posisi lapak, dan faktor-faktor yang lain, terbukti umpan menjadi salah satu faktor penentu sukses memancing. Semakin menyadari banyaknya faktor yang mendorong sukses-tidaknya memancing, maka sejatinya bisa membuat kita memancing lebih santai. Menang dan kalah, bukan lagi hal penting. Nikmati saja…. (roso daras)