Sial di Siak

Sungai Siak, salah satu sungai yang melintasi Pekanbaru, Riau, adalah sungai terdalam di Indonesia. Dahulu, kedalaman sungai ini konon bisa mencapai 50 meter. Sekarang? Seorang teman menyebut angka 30 meter, yang lain lagi bilang, “Karena pendangkalan, jadi sekarang kedalaman paling tinggal belasan meter…..”

Apa pun itu, Sungai Siak atau sungai “jantan” ini termasuk salah satu sungai istimewa di negeri ini. Di sungai ini pula tersimpan banyak misteri. Pernah dikabarkan muncul binatang sejenis naga (baby dragon). pernah dipakai bunuh diri, bahkan pernah dikabarkan sungai dengan spesies ikan terbanyak. Namun karena pencemaran, tak kurang dar 100 spesies ikan yang hidup di Sungai Siak punah.

Sekarang, ikan-ikan yang tersisa antara lain yang terkenal adalah baung, sejenis patin, tetapi tidak bisa besar. Selain baung, ada juga ikan patin, yang beratnya bisa belasan bahkan puluhan kilogram. Ikan lain, mujaer dan lele. Itu jenis-jenisi kan yang sering nyangkut di mata kail pemancing.

Ada begitu banyak spot mancing di sepanjang Sungai Siak. Ada yang bersifat liar, ada yang dikelola dan dibuatkan semacam saung-saung terapung di pinggir sungai. Tidak sedikit yang menyewa perahu kecil milik nelayan setempat, dan bisa dipakai untuk memancing di lokasi yang ditengarai masih banyak ikan. Terutama, yang jauh dari limbah.

Dalam kesempatan ke Pekanbaru, baru-baru ini, saya berdua Kesit, teman saya, memancing di Sungai Siak, di bawah jembatan, tak jauh dari pusat kota Pekanbaru. Spotnya lumayan asyik. Kami pun berangkat memancing dengan semangat. Membeli umpan (roti, laron, dan jangkrik), membeli pemberat, bahkan membeli mata kail yang acap digunakan memancing di Siak.

Tidak lama persiapan memancing selesai. Umpan dipasang, dan dilempar ke tengah sungai. Benar…. cukup lama senar terus bergerak mencapai dasar. Yang pasti, lebih dari 15 meter. Begitulah…. kami menikmati mancing di Sungai Siak. Sekian menit tak ada tanda-tanda, kami tarik dan ganti umpan. Begitu seterusnya secara bervariasi. Awalnya, 5 menit ganti, kemudian 15 menit baru ganti, lalu 30 menit baru ganti, kemudian satu jam baru ganti.

Selama itu pula, tidak satu pun terlihat tanda-tanda umpan disenggol sang ikan. Kami lihat di saung kiri kanan, bahkan seberang, idem ditto, tak ada yang strike.” Hmmm…. penyakit,” gumam kami. Kurang lebih 2,5 jam kemudian, kami memutuskan membereskan peralatan pancing, dan kembali ke hotel. “Sial di Siak…..” (roso daras)

2 comments on “Sial di Siak

  1. Rafdi berkata:

    Ente masuk saung/ lapak lupa baca doa dan minta ijin ama penunggu sungai kali…

Tinggalkan Balasan ke Roso Daras Batalkan balasan